Refleksi Hari Kartini KE-60 Tahun 2025: Belajar dari Legacy Kartini

Kartini menjadi salah satu sosok penting dalam emansipasi wanita di Indonesia. Dan sepertinya masih tetap sebagai inspirasi perempuan Indonesia. Oleh karena itu lah, tanggal 21 April yang juga merupakan hari lahir perempuan asal Jepara – Jawa Tengah tersebut, diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Kartini untuk mengenang jasajasanya. Peringatan Hari Kartini dirayakan setelah 2 Mei 1964, usai Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964. Dalam keputusan tersebut, Kartini juga ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Namun, peringatan Hari Kartini dirayakan pertama kali pada tanggal 21 April 1965.

 

Mengenal RA Kartini

Raden Ajeng Kartini atau yang biasa dikenal sebagai R. A. Kartinimerupakan sesosok wanita tangguh yang mendasari adanya emansipasi wanita di Indonesia. Beliau lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879. Kartini yang dari kecil merasa tidak bebas untuk menentukan pilihannya dan juga merasa diperlakukan berbeda dengan saudara maupun teman-teman prianya karena terlahir sebagai seorang wanita, serta merasa kurang adil dengan kebebasan teman-teman wanitanya yang berada di luar negeri khususnya dengan para wanita Belanda.

Hal tersebut menumbuhkan keinginan dan tekad di dalam hati Kartini untuk menjadikan para wanita di Indonesia juga mempunyai persamaan derajat yang sama dengan laki-laki, bahwa setiap wanita juga mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Demi mewujudkan keinginannya tersebut, Kartini mendirikan sekolah gratis untuk anak gadis di Jepara dan Rembang. Melalui sekolah gratis tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya. Sekolah gratis yang didirikan oleh kartini tersebut kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di berbagai tempat lain, seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.

Perjuangan dan tekad Kartini untuk menyamakan derajat kaum wanita dengan kaum pria telah membuahkan hasil, yaitu dibuktikan dengan berkembangnya sekolah-sekolah untuk wanita, namun tidak seindah dengan hasil yang telah ia capai. Ibu kita Kartini akhirnya sakitsakitan dan wafat setelah melahirkan putra pertamanya yaitu pada usia 25 tahun, tanggal 17 September 1904.

 

Legacy RA Kartini

Sebelum menikah, Kartini telah melahirkan sejumlah tulisan, seperti “Upacara Perkawinan pada Suku Koja” yang terbit di Holandsche
Lelie saat berusia 14 tahun. Selama masa pingit yang ia jalani, ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi dari Belanda menggunakan kemampuan berbahasa Belanda yang ia miliki. Salah satu temannya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Surat-surat yang dikirimkan menguraikan pemikiran Kartini terkait berbagai masalah termasuk tradisi feodal yang menindas, pernikahan paksa dan poligami bagi perempuan Jawa kelas atas, dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Di sisi lain, surat-surat tersebut juga mencerminkan pengalaman hidup Kartini sebagai putri seorang Bupati Jawa. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang dibacanya, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir para perempuan Eropa. Oleh sebab itu lah, timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi yang memiliki status sosial yang rendah salah satunya karena pendidikan yang terbatas.

Setelah RA Kartini wafat, J.H. Abendanon, yang juga merupakan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda tahun 1900-1905, mengumpulkan suratsurat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Buku pertamanya diberi judul Door Duisternis tot Licht yang berarti Dari Kegelapan Menuju Cahaya, yang diterbitkan pada 1911. Di tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan
buku tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul: Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru.

Sementara itu, surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Terbitnya surat-surat Kartini sangat menarik perhatian masyarakat Belanda. Di sisi lain, pemikiranpemikiran Kartini juga mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Salah satunya adalah Van Deventer, seorang tokoh politik etis atau politik balas budi. Ketika surat-surat Kartini diterbitkan pada tahun 1911, Van Deventer terkesan sehingga tergerak untuk menulis sebuah resensi untuk menyebarluaskan cita-cita Kartini. Cita-cita Kartini tersebut ia rasa cocok dengan cita-cita Deventer sendiri yakni mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, serta memperjuangkan emansipasi mereka.

 

Tantangan terbesar Kartini Indonesia

Tantangan terbesarnya di era Society 5.0, pada kenyataannya masih banyak perempuan, terutama ibu rumah tangga yang tidak memiliki akses untuk memiliki peran lebih di kalangan masyarakat, sesuai citacita RA Kartini. Akses yang ada di era modernitas ini diperuntukkan
bagi manusia yang dapat mengelola peluang usaha dengan baik yang memadukan unsur modernitas sesuai dengan perkembangan zaman.
Penggunaan teknologi modern pun tidak dapat dihindari untuk menunjang usaha yang dikelola.

Oleh sebab itu, perempuan menjadi terhambat untuk melakukan peran yang lebih seperti bekerja dan memulai usaha. Era yang serba modern ini, perempuan atau ibu rumah tangga justru memposisikan “serasa dipingit”, masih terbebani dengan pekerjaan domestik yang seolaholah dibebankan kepadanya saja. Sebelum memulai pekerjaan pada sektor publik perempuan harus mengerjakan pekerjaan domestik terlebih dahulu, seperti mencuci, menyapu, memasak, dan mengurus anggota keluarga.

Selain itu, beberapa perempuan hanya bekerja pada sektor tertentu yang kebanyakan adalah pedagang kecil, buruh pabrik dengan upah rendah, serta petani sayur mayur. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya pendidikan formal yang mereka dapatkan saat masih muda. Fenomena semacam ini merupakan faktor nyata yang ada di pedesaan yang membuat perempuan atau ibu rumah tangga terhambat aksesnya untuk maju membantu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

 

Peran Pemerintah

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota harus hadir dan memfasilitasi dalam meningkatkan peran wanita dalam dunia kerja. Menyadari pentingnya peran perempuan dalam pembangunan, Pemerintah haruslah fokus untuk memperluas kesempatan kerja, mendorong fleksibilitas pasar tenaga kerja, menyesuaikan gaji dengan mekanisme pasar, memperbaiki keterampilan dan kapasitas tenaga kerja dengan
pelatihan untuk perempuan, dan menguatkan implementasi kebijakan tenaga kerja yang mengakomodasi kesetaraan gender.

Momentum peringatan Hari Kartini kali ini sangat penting, bila menelusuri kembali inspirasi dari semangat perjuangan perempuan di masa dahulu ke perjuangan perempuan Indonesia masa mendatang. Bisa dikata, perjuangan perempuan Indonesia masuk dalam area kritis dimana di sisi lain masih terjadi praktik-praktik yang diskriminatif terhadap perempuan. Sesungguhnya, perjuangan perempuan Indonesia belum lah selesai, pencapaian IPG (Indeks Pembangunan Gender) dan IDG (Indeks Pendayagunaan Gender) masih dirasa masih berjalan lambat, kekerasan terhadap perempuan masih terus dialami, dan tingkat kesejahteraan lainnya juga masih rendah.

Ketimpangan antara perempuan dan laki-laki sangat terlihat dalam hal ekonomi. Kita berharap wanita atau perempuan jaman sekarang lebih menyadari betapa berharga dirinya. Utamanya karena tidak pernah berhenti terinspirasi perjuangan dan legacy RA Kartini di masa lalu, dalam gerak sekecil apapun. Peringatan Hari Kartini bukan hanya diperingati dengan perempuan memakai kebaya semata.

Kita berharap, banyak muncul Kartini-Kartini hebat yang akan memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk menerapkan nilai-nilai emansipasi dan kesetaraan gender untuk kemajuan Indonesia masa kini. Kita warnai Hari Kartini dengan peran, kerja, dan karya nyata dari kita semua, untuk Indonesia tercinta. Selamat Hari Kartini.

 

Kepala Badan dan Riset Daerah
(BRIDA) Provinsi Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top