Final Destination: Bloodlines (2025) Mendapatkan 93% di Rotten Tomatoes.

Final Destination: Bloodlines, film horor supranatural terbaru dari Warner Bros dan New Line Cinema, resmi diluncurkan dan segera menarik perhatian penonton serta kritikus. Disutradarai oleh Zach Lipovsky dan Adam Stein, film ini merupakan series keenam dari franchise Final Destination, dan dianggap sebagai “Comebackterbesar dalam sejarah seri ini.

Film ini menampilkan pendatang baru Kaitlyn Santa Juana sebagai Stefani Reyes, seorang mahasiswa yang secara tidak sengaja mewarisi kemampuan neneknya untuk melihat kematian sebelum itu terjadi. Dengan dukungan aktor pendukung seperti Teo Briones, Richard Harmon, Owen Patrick Joyner, Rya Kihlstedt, Anna Lore, Brec Bassinger, dan tentu saja Tony Todd—ikon legendaris dari seri ini—Bloodlines menghadirkan formula klasik waralaba ini ke dimensi yang lebih emosional dan gelap.

Film ini memulai cerita pada tahun 1968, ketika Iris Campbell mendapatkan visi tentang hancurnya Menara Restoran Skyview karena kebocoran gas yang disebabkan oleh jatuhnya sebuah koin. Ia sukses menghindari tragedi itu, tetapi tanpa disadari, tindakannya malah mengganggu “desain alam”. Sejak saat itu, “Maut” mulai mengejar para penyintas dan keturunan mereka yang “tidak seharusnya ada”.

Lima puluh enam tahun setelah itu, cucunya Stefani Reyes, mulai mengalami mimpi buruk mengenai menara yang jatuh dan kereta merah. Ketika berusaha untuk menyatukan kembali keluarganya yang terpisah, ia mendapati bahwa Iris masih hidup dan memiliki “buku pedoman kematian”. Di buku tersebut terdapat sekumpulan simbol, tanda, dan pola yang misterius. Iris mengetahui bahwa terdapat dua cara untuk menghentikan siklus kematian, yaitu dengan merenggut nyawa seseorang, dan mematikan diri sebagai korban kemudian dihidupkan kembali.

Film Final Destination: Bloodlines ini sukses mencuri perhatian para kritikus film internasional dengan meraih skor mengesankan 93% di Rotten Tomatoes, berdasarkan ulasan dari 97 kritikus profesional. Pencapaian ini menandai kebangkitan besar bagi franchise film ini, yang terakhir kali hadir pada tahun 2011. Para kritikus menyebut film ini sebagai campuran yang efektif antara ketegangan khas dari film ini dan ide baru yang lebih emosional. Banyak yang memuji bagaimana film keenam ini tidak hanya mengandalkan adegan-adegan kematian kreatif dan brutal yang memang menjadi ciri khas seri ini, tetapi juga memperkenalkan elemen baru seperti Death’s Rulebook, simbol-simbol aneh, serta dilema moral antara menyelamatkan nyawa atau mengorbankan diri.

Ulasan dari media ternama turut memperkuat antusiasme terhadap film ini. Beatrice Loayza dari The New York Times menulis, “There’s not much more a Final Destination fan could ask for, but Bloodlines — which at times feel more like a dark satire than a straightforward horror movie — reminds us we’re powerless against the world’s morbid whims. Best we can do is laugh about it.” Komentar ini menunjukkan bagaimana film ini tidak hanya mengandalkan horor visual, tetapi juga mengingatkan kita bahwa takdir adalah sesuatu yang tak bisa kita hindarkan.

Sementara itu, Adam Graham dari Detroit News memuji gaya penyutradaraan duo Zach Lipovsky dan Adam Stein, dengan menulis, “Lipovsky and Stein don’t go straight for the jugular, they feel around it and drag out the inevitable, and the fun is in the tension they build and the false finishes they tease.” Menurutnya, kekuatan Bloodlines justru terletak pada ketegangan yang dibangun perlahan dan rasa tidak nyaman yang terus ditarik hingga klimaks tiba.

Dengan pujian yang luas ini, Final Destination: Bloodlines tidak hanya berhasil memenuhi ekspektasi para penggemar lama, tetapi juga berhasil menarik perhatian penonton baru yang belum pernah mengikuti waralaba sebelumnya. Skor 93% dari 97 ulasan ini menjadi bukti bahwa film keenam ini bukan sekedar lanjutan, melainkan gaya baru dari sebuah serial horor legendaris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top