Teheran, 15 Juni 2025 — Konflik bersenjata antara Iran dan Israel kian memanas setelah Iran melancarkan serangan balasan berskala besar yang dinamai Operasi True Promise III. Aksi ini merupakan tanggapan atas rangkaian serangan udara yang sebelumnya dilakukan Israel ke sejumlah lokasi strategis di Iran.
Dalam operasi ini, Iran meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan sekitar 100 drone tempur yang diarahkan ke wilayah-wilayah utama Israel, termasuk Tel Aviv, Haifa, Bat Yam, hingga Jerusalem. Ini menjadi salah satu respons militer paling agresif dari Teheran dalam dua dekade terakhir terhadap negara Yahudi tersebut.
Sekitar pukul 01.30 waktu setempat, langit Israel dihiasi rentetan cahaya dari rudal yang ditembakkan Iran. Sistem pertahanan udara Iron Dome dikerahkan secara penuh dan berhasil menggagalkan sebagian besar serangan, namun beberapa rudal berhasil menembus pertahanan dan menghantam area permukiman serta fasilitas militer.
- Tel Aviv mengalami kerusakan serius setelah sebuah rudal menghantam kawasan pusat komando militer Kirya.
- Di Haifa, ledakan menyebabkan kebakaran besar di kawasan industri dan menewaskan sejumlah warga sipil.
- Di Bat Yam, bangunan apartemen runtuh sebagian akibat hantaman rudal jarak jauh.
Laporan sementara dari otoritas Israel menyebutkan bahwa setidaknya 14 orang tewas dalam serangan tersebut, dan lebih dari 450 orang mengalami luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis. Rumah sakit dan layanan darurat kewalahan menghadapi jumlah korban yang terus bertambah.
Suara sirene peringatan menggema di seluruh kota besar Israel. Warga berlarian menuju tempat perlindungan bawah tanah, dan suasana menjadi mencekam. Sekolah, pusat perbelanjaan, hingga bandara di seluruh negeri ditutup untuk sementara waktu.
Penduduk di Tel Aviv menyebut serangan kali ini sebagai yang paling menakutkan sejak konflik Gaza. “Langit seolah terbakar, suara dentuman tak berhenti. Anak-anak saya ketakutan dan kami berlindung semalaman di ruang bawah tanah,” ujar Dalia, seorang warga setempat.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa serangan ini adalah “jawaban sah atas agresi Israel yang melampaui batas”. Ia juga menegaskan bahwa Iran tidak mencari perang terbuka, namun akan terus melindungi integritas wilayah dan kedaulatan negaranya.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Iran melanggar hukum internasional dan menyebut bahwa negaranya “tidak akan tinggal diam”. Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan bahwa Israel siap meluncurkan respons yang lebih keras jika Iran terus menyerang.
Ledakan konflik ini memicu reaksi dari berbagai penjuru dunia. Negara-negara anggota G7 mendesak kedua pihak untuk segera menahan diri. PBB menyuarakan keprihatinan mendalam dan menyatakan siap mengirim delegasi untuk meredakan situasi.
Dampak dari konflik ini juga terasa di pasar global. Harga minyak mentah melonjak tajam, sementara bursa saham di kawasan Asia dan Eropa mengalami penurunan signifikan. Para analis memperingatkan bahwa jika konflik terus berlanjut, efeknya bisa merembet ke perekonomian dunia secara lebih luas.
Konflik antara Iran dan Israel tidak hanya berdampak bilateral. Milisi pro-Iran di Lebanon dan Suriah, seperti Hizbullah, mulai menyuarakan dukungan dan menyatakan kesiapan untuk turut serta jika diperlukan. Kekhawatiran akan pecahnya perang regional semakin menguat.
Para analis Timur Tengah menilai bahwa ketegangan saat ini bisa menjadi titik kritis dalam sejarah konflik Iran-Israel. Jika tidak diredam, situasi ini berpotensi menyeret negara-negara lain ke dalam konflik terbuka dan memperburuk krisis keamanan di Timur Tengah.
Meski kedua pihak menyatakan kesiapan untuk bertahan dan membalas, harapan komunitas internasional tetap tertuju pada diplomasi. Seruan damai terus menggema, namun hingga kini belum ada tanda-tanda penurunan eskalasi dari kedua belah pihak.