Mengkaji seni “Surabaya ARTSUB 2025” Refleksi Dua Dunia

0
112
https://beritaadikara.com/mengkaji-seni-su…fleksi-dua-dunia/

SURABAYA| BERITA ADIKARA– Pameran seni kontemporer ARTSUBS 2025 yang digelar di Surabaya kembali menjadi sorotan dengan tema yang mendalam, mengeksplorasi hubungan antara teknologi, seni, dan realitas kehidupan sehari-hari.Melalui nota kuratorial yang dirilis baru-baru ini, kurator menyoroti bagaimana seni tidak lagi terpisah dari ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan menyatu dalam membentuk peradaban manusia.

Dalam bagian nota yang berjudul “Materialitas, dari Dua Dunia”, kurator menantang mitos umum yang memisahkan teknologi yang dianggap rasional, analitis, dan efisien dari seni yang sering dikaitkan dengan emosi, spontanitas dan inspirasi.

Menurut nota tersebut, kehidupan modern sebenarnya merupakan hasil kolaborasi antara keduanya. “Fungsi sebuah benda lahir dari riset ilmiah, tapi nilai kemanusiaannya datang dari sentuhan artistik,” tulis kurator, menekankan bahwa seni kontemporer kini melibatkan kolaborasi dengan ilmuwan, teknolog, dan perajin, berbeda dari era pelukis tradisional yang lebih individualis.

Nota ini juga menyoroti bagaimana seni kontemporer memperluas bahasa publik dengan merebut metode dari berbagai disiplin, termasuk teknologi. Di tengah banjir produksi material di masyarakat, pameran seperti ARTSUBS menjadi ruang refleksi.

“Di ruang pameran, kita membangkitkan kesadaran baru terhadap ilmu, sementara di kehidupan sehari-hari, kita tunduk pada teknologi,” demikian penjelasan kurator, yang mengajak pengunjung untuk melihat seni sebagai jembatan antara dua dunia yang tampak bertolak belakang.

https://beritaadikara.com/mengkaji-seni-su…fleksi-dua-dunia/

Keterpurukan Dunia / Pembalasan

Selanjutnya, dalam “Akar Masa Kini, Akar Sejarah”, nota kuratorial membahas dominasi seni lukis dalam pameran ini, yang mencakup berbagai olahan warna pada bidang dua dimensi, tidak terbatas pada kanvas atau kertas. Meski pernah diramalkan mati di era pascamodernisme pada 1960-an, seni lukis tetap menjadi favorit di kalangan kolektor, museum, dan masyarakat umum.

Kurator menjelaskan bahwa hubungan manusia dengan bidang dua dimensi bersifat alamiah, mulai dari coretan anak-anak hingga layar digital modern.

Lebih jauh, seni lukis dihubungkan dengan akar sejarah umat manusia.

Seperti lukisan gua di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, yang berusia 44 ribu tahun dan menandai munculnya akal budi. Di Indonesia, seni lukis modern muncul bersamaan dengan kesadaran nasional, seperti berdirinya PERSAGI pada 1937-1938.

“Seni lukis terus lahir kembali karena sifat alamiahnya, mencerminkan perjalanan dari gua purba hingga augmented reality,” tulis kurator, menambahkan bahwa pameran ARTSUBS menampilkan beragam pendekatan, dari isu sosial-politik hingga integrasi dengan teknologi digital.

Bagian terakhir nota, “Perupa, Bukan Lagi Senirupawan”, membahas evolusi istilah dalam seni rupa Indonesia. Kata “seni” yang berarti “halus” atau “tinggi” kini digantikan oleh “perupa” sebagai kritik terhadap elitisme seni modern. Dulu, seniman dianggap menciptakan karya spiritual yang terpisah dari material kasar, tapi kini perupa lebih fokus pada proses sosial, seperti modernisasi dan revolusi digital.

“Perupa bukan pencipta suci, tapi konstruktor yang bergulat dengan materialitas, residu industri, dan bencana iklim,” jelas nota tersebut

https://beritaadikara.com/mengkaji-seni-su…fleksi-dua-dunia/

“PILIHAN” Hari Abadi

Komodifikasi seni, yang lebih menguntungkan lukisan dan patung mudah dipasarkan, dikritik karena gagal mendemokratisasi seni bagi publik luas. Pergeseran ke seni kontemporer diharapkan membawa seni lebih dekat dengan masyarakat, meski tantangan seperti elitisme masih ada.  dengan tema ini, diharapkan menjadi platform yang mengajak pengunjung merenungkan kemajuan manusia di tengah krisis lingkungan dan teknologi.

Pameran ARTSUBS 2025 di Surabaya dibuka untuk umum hingga akhir bulan ini, menampilkan karya seniman kontemporer dari berbagai latar belakang. Pengunjung diajak tidak hanya menikmati, tapi juga merefleksikan bagaimana seni dan teknologi membentuk identitas kita sebagai manusia modern. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui situs resmi pameran.

Leave a reply