Festival Pacu Jalur: Dari Tradisi Lokal Riau Menuju Panggung Dunia

Festival Pacu Jalur: Dari Tradisi Lokal Riau Menuju Panggung Dunia
Kuantan Singingi, Riau — Dentuman gong yang dipukul Menteri Pariwisata menandai dimulainya Festival Pacu Jalur 2025, sebuah perhelatan budaya yang setiap tahun selalu dinanti masyarakat Riau. Namun tahun ini, suasana terasa berbeda. Kehadiran Menteri Kebudayaan Fadli Zon bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memberi nuansa baru: festival rakyat ini tidak lagi hanya sekadar pesta lokal, melainkan jendela untuk mempromosikan budaya Indonesia ke tingkat global.
Festival Pacu Jalur, perlombaan mendayung perahu panjang khas Kuantan Singingi, sejak lama dikenal sebagai warisan budaya takbenda Riau. Namun beberapa bulan terakhir, perhatian publik mendadak tertuju pada satu fenomena: “aura farming”. Video anak-anak penari jerli yang menari di ujung perahu dengan gerakan lincah, sambil tersenyum ceria, mendadak viral di media sosial.
Ribuan komentar warganet membanjiri unggahan itu, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Bagi Menbud, ini adalah momentum berharga. “Fenomena viral ini bukan kebetulan. Ia adalah pintu besar bagi kita untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia,” ungkap Fadli Zon.
Menurutnya, viralitas ini harus segera direspons dengan langkah nyata. Jangan sampai perhatian global hanya menjadi tren sesaat. Sebaliknya, harus diarahkan menjadi strategi promosi kebudayaan.
Kementerian Pariwisata sebelumnya telah menempatkan Festival Pacu Jalur ke dalam program Karisma Event Nusantara (KEN) 2025. Artinya, festival ini menjadi salah satu agenda prioritas nasional yang didukung pemerintah pusat. Dukungan tersebut meliputi promosi digital melalui akun resmi Wonderful Indonesia hingga pembenahan infrastruktur penyelenggaraan.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana bahkan menyebut Pacu Jalur sebagai salah satu dari 10 festival terfavorit tahun ini. “Acara ini bukan hanya hiburan rakyat, tapi magnet pariwisata budaya yang bisa menarik perhatian dunia,” katanya ketika membuka acara dengan salam khas “Kayauh!”.
Kehadiran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan dukungan penuh pemerintah pusat. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa Pacu Jalur adalah wajah ekonomi kreatif Riau. Tradisi ini bukan hanya menjaga jati diri masyarakat, tetapi juga memberikan dampak nyata terhadap perekonomian daerah. Ribuan wisatawan yang hadir, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi bukti bahwa tradisi bisa berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi.
Menbud Fadli Zon dalam kesempatan itu juga mengungkap rencana besar: mengusulkan Festival Pacu Jalur sebagai warisan budaya takbenda UNESCO. Namun, ia menekankan bahwa prosesnya tidak sederhana. Dibutuhkan kajian akademis, naskah formal, hingga dossier yang memenuhi syarat internasional.
“Kalau kita serius, saya yakin Pacu Jalur bisa masuk daftar UNESCO, sama seperti batik atau angklung yang sudah lebih dulu diakui,” ucapnya.
Bagi masyarakat Kuantan Singingi, festival ini bukan hanya soal perlombaan. Ia adalah ajang berkumpul, ruang silaturahmi, sekaligus sumber rezeki. Hotel-hotel penuh, pedagang kaki lima kebanjiran pembeli, dan transportasi lokal ramai penumpang. Pemerintah daerah memperkirakan perputaran ekonomi mencapai miliaran rupiah setiap kali festival digelar.
Selain itu, festival juga memperkuat identitas masyarakat Riau. Anak-anak muda tidak lagi malu dengan tradisi, tetapi justru bangga memperlihatkan budaya mereka ke dunia. Fenomena viral “aura farming” menjadi contoh nyata bagaimana generasi muda ikut menjaga warisan leluhur dengan cara mereka sendiri.
Festival Pacu Jalur kini bukan lagi sekadar lomba mendayung, melainkan diplomasi budaya. Melalui tradisi ini, Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia bahwa negeri ini kaya akan kearifan lokal, kreatif dalam menampilkan budaya, dan terbuka untuk menjadikan warisan leluhur sebagai daya tarik global.
Menbud menegaskan bahwa tugas pemerintah adalah menjembatani semangat masyarakat dengan panggung internasional. “Kita harus belajar dari negara lain yang mampu menjadikan festival budaya sebagai ikon global. Pacu Jalur punya potensi besar ke arah itu,” pungkasnya.
Festival Pacu Jalur 2025 membuktikan bahwa tradisi lokal dapat mendunia ketika dikelola dengan baik. Dukungan pemerintah, partisipasi masyarakat, serta momentum viral di media sosial telah membuka jalan. Ke depan, tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi agar festival ini tidak hanya populer sesaat, melainkan benar-benar menjadi ikon budaya Indonesia di mata dunia.
Dengan langkah strategis menuju UNESCO, Pacu Jalur berpotensi meneguhkan diri sebagai simbol kebanggaan bangsa—tradisi yang lahir dari sungai Kuantan, namun gaungnya menggema hingga ke seluruh penjuru dunia.