Peran Komunikasi Keluarga di Era Digital Antara Generasi Z Dan Milenial

interaksi sehari-hari antara orang tua dan anak memainkan peran sentral dalam membentuk ketahanan mental generasi ini, di mana cara berkomunikasi menjadi kunci utama.
BERITA ADIKARA– Di era digital yang semakin maju, Generasi Z mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an menunjukkan sikap yang lebih ekspresif dan berani menyuarakan pendapat dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun, di tengah kebebasan ini, banyak anak muda dari kelompok ini mengalami berbagai tantangan psikologis.
seperti rasa kesepian yang mendalam, kecemasan berlebih, hingga depresi yang memengaruhi keseharian mereka.
Para ahli menyoroti bahwa interaksi sehari-hari antara orang tua dan anak memainkan peran sentral dalam membentuk ketahanan mental generasi ini, di mana cara berkomunikasi menjadi kunci utama.
Orang tua sering kali menjadi pengaruh pertama dan terkuat dalam kehidupan anak Generasi Z, yang tumbuh dengan akses tak terbatas terhadap media sosial dan informasi instan.
Pola komunikasi yang diterapkan di rumah dapat membangun atau justru merusak rasa percaya diri anak. Pendekatan yang terlalu kaku dan mendominasi cenderung menciptakan tekanan emosional, membuat anak merasa terkekang dan sulit mengungkapkan perasaan mereka secara bebas.
Sebaliknya, ketika orang tua mengadopsi gaya komunikasi yang lebih fleksibel dan penuh pengertian, anak-anak Generasi Z merasa lebih aman untuk berbagi cerita pribadi.
Hal ini tidak hanya memperkuat ikatan keluarga, tetapi juga membantu anak mengelola stres dari dunia luar, seperti tekanan akademik atau pengaruh teman sebaya di platform digital.
Pendekatan empati ini memungkinkan anak untuk merasa didengar dan dihargai, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka.
Untuk menghadapi karakteristik unik Generasi Z, seperti ketergantungan pada teknologi dan keinginan akan keadilan sosial, orang tua disarankan untuk mempelajari lebih dalam tentang dunia anak mereka.
Ini termasuk mendengarkan tanpa menghakimi, mendorong diskusi terbuka tentang isu-isu sensitif, dan menghindari sikap otoriter yang bisa memperburuk rasa cemas.
Dengan demikian, keluarga dapat menjadi benteng perlindungan di tengah gejolak era digital.
Secara keseluruhan, membangun komunikasi yang sehat di rumah bukan hanya tanggung jawab, melainkan investasi jangka panjang bagi kesehatan mental anak.
Para pakar menekankan bahwa perubahan kecil dalam cara berbicara dan mendengar bisa membawa dampak besar, membantu Generasi Z tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh dan bahagia di masa depan.
Leave a reply Batalkan balasan
-
Persebaya Surabaya Rayakan Ulang Tahun ke-98
18 Juni 2025