Surabaya, sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, terus berkembang pesat dalam berbagai aspek, mulai dari infrastruktur hingga sektor ekonomi. Namun, di balik kemegahan kota, ketimpangan sosial masih menjadi isu yang perlu mendapat perhatian serius. Perbedaan mencolok dalam akses ekonomi, pendidikan, dan layanan publik menjadi cerminan bahwa tidak semua lapisan masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan yang berlangsung.
Profil Kemiskinan di Surabaya
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, pada Maret 2023 jumlah penduduk miskin di kota ini mencapai 136,37 ribu jiwa. Meskipun angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, masih sekitar 5% dari total penduduk Surabaya hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor utama penyebab kemiskinan ini adalah minimnya akses terhadap pekerjaan yang layak dan biaya hidup yang semakin meningkat.
Pembangunan Infrastruktur yang Tidak Merata
Pembangunan infrastruktur di Surabaya berlangsung pesat, terutama di pusat kota. Namun, tidak semua kawasan merasakan dampak positif yang sama. Di beberapa kecamatan, seperti Wiyung, perumahan mewah dan pusat perbelanjaan tumbuh berdampingan dengan perkampungan yang infrastrukturnya masih kurang memadai. Kesenjangan ini menciptakan jurang sosial yang semakin lebar, di mana kelompok masyarakat berpenghasilan rendah kesulitan untuk bersaing dalam ekonomi perkotaan yang terus berkembang.
Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kesenjangan
Pemerintah Kota Surabaya telah mengambil berbagai langkah untuk mengurangi kesenjangan sosial, terutama dalam sektor pendidikan. Salah satu program yang direncanakan adalah penyamaan seragam, tas, dan sepatu bagi seluruh siswa, baik di sekolah negeri maupun swasta. Program ini bertujuan untuk menghilangkan stigma sosial di kalangan pelajar dan meningkatkan kesetaraan dalam dunia pendidikan. Selain itu, program ini juga melibatkan UMKM lokal, yang berkontribusi dalam produksi perlengkapan sekolah, sehingga turut menggerakkan perekonomian masyarakat kecil.
Lapangan Pekerjaan yang Terbatas
Sulitnya akses terhadap pekerjaan layak masih menjadi masalah utama yang menyebabkan ketimpangan sosial di Surabaya. Banyak warga kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang memadai, yang berdampak pada ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar. Meskipun terdapat berbagai program pelatihan dan bantuan dari pemerintah, masih dibutuhkan kebijakan yang lebih proaktif untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Indeks Kesenjangan Ekonomi
Pada tahun 2022, Surabaya tercatat sebagai kota dengan indeks kesenjangan ekonomi tertinggi ketiga di Jawa Timur, dengan nilai 0,388. Indeks ini menunjukkan bahwa distribusi kekayaan di Surabaya masih belum merata, sehingga mendorong munculnya perbedaan yang signifikan dalam standar hidup masyarakat di berbagai wilayah kota.
Kesimpulan
Ketimpangan sosial di Surabaya adalah tantangan besar yang perlu ditangani dengan pendekatan multidimensional. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif, memperbaiki akses terhadap sumber daya, serta memastikan pembangunan yang lebih merata. Hanya dengan langkah konkret dan berkelanjutan, Surabaya dapat berkembang sebagai kota yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga adil bagi seluruh warganya.