Cadangan uranium Sebanyak Puluhan Ribu Ton Ditemukan Di Kalimantan Barat

0
12

Kalimantan Barat, Juni 2025 — Kalimantan Barat kembali menjadi sorotan setelah ditemukan cadangan uranium dalam jumlah besar di wilayah tersebut. Temuan ini memunculkan harapan baru terhadap kemandirian energi Indonesia, khususnya dalam mengembangkan teknologi nuklir sebagai sumber daya bersih dan berkelanjutan

Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kalimantan Barat menyimpan potensi uranium yang sangat besar. Total cadangan diperkirakan mencapai 25.000 hingga 26.000 ton uranium jenis U₃O₈, dan bahkan bisa mencapai 70.000 ton jika dihitung termasuk kategori hipotetik—cadangan yang belum dieksplorasi secara menyeluruh tetapi secara geologis memungkinkan untuk ada.

Cadangan ini tersebar di berbagai titik strategis, terutama di wilayah Desa Nanga Kalan, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi. Selain itu, sejumlah endapan juga ditemukan di daerah seperti Ketapang, Nanga Tayap, dan Tumbang Titi, yang selama ini dikenal memiliki potensi mineral radioaktif.

Penemuan ini membuka peluang besar untuk pengembangan energi nuklir nasional melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) atau Reaktor Modular Skala Kecil (SMR) di masa depan. Kalimantan Barat dinilai strategis tidak hanya karena cadangan bahan bakunya, tetapi juga karena lokasi geografis yang jauh dari pusat gempa utama serta tersedianya lahan yang memadai untuk infrastruktur energi.

Pemerintah daerah Kalbar bahkan mulai menyusun rancangan Peraturan Daerah (Perda) yang akan mengatur tentang pemanfaatan uranium. Ini menjadi langkah awal untuk mengintegrasikan energi nuklir dalam peta energi nasional sebagai bagian dari strategi transisi energi hijau.

Uranium dikenal memiliki kepadatan energi yang sangat tinggi. Satu kilogram uranium-235, sebagai contoh, dapat menghasilkan energi setara dengan 3.000 ton batubara. Artinya, dengan pemanfaatan yang tepat, uranium dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menyuplai kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat.

Meski menjanjikan, pemanfaatan uranium untuk keperluan energi belum bisa dijalankan secara langsung. Hal ini disebabkan adanya hambatan regulasi, khususnya yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, yang belum mengizinkan eksploitasi uranium untuk kepentingan komersial. Saat ini, meski Indonesia memiliki cadangan uranium, pengoperasian PLTN masih mengandalkan impor uranium dengan tingkat kemurnian tinggi.

Selain itu, penggunaan energi nuklir menuntut pengamanan ketat dan sistem mitigasi risiko yang matang. Pembangunan PLTN atau reaktor skala kecil harus memperhatikan faktor keselamatan masyarakat, potensi bencana alam, kesiapan infrastruktur, serta sistem pemantauan radiasi yang presisi. Tidak kalah penting, aspek sosial juga harus diperhatikan, seperti edukasi publik, keterlibatan masyarakat lokal, dan transparansi informasi.

Pengembangan energi nuklir dari uranium di Kalimantan Barat hanya akan berhasil jika didukung oleh kebijakan yang progresif dan kolaboratif. Pemerintah pusat dan daerah perlu bersinergi, mulai dari menyusun regulasi yang mendukung, mengajukan proyek ini sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), hingga membangun kemitraan dengan lembaga internasional terkait energi dan keselamatan nuklir.

Tidak hanya untuk ketahanan energi, potensi uranium ini juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan industri berbasis teknologi tinggi, seperti produksi hidrogen hijau, pupuk ramah lingkungan, hingga pengolahan batubara menjadi energi bersih.

Penemuan cadangan uranium di Kalimantan Barat menjadi angin segar bagi masa depan energi Indonesia. Potensi besar ini bukan hanya simbol kekayaan alam, tetapi juga peluang untuk menghadirkan energi bersih dan berkelanjutan. Meski tantangan masih ada, langkah awal telah dimulai. Kini tergantung pada komitmen, kebijakan, dan kehendak politik nasional untuk menjadikan uranium sebagai salah satu tulang punggung energi masa depan Indonesia.

“Jika dikelola dengan aman, transparan, dan inklusif, Kalimantan Barat bisa menjadi pionir energi nuklir di Asia Tenggara,” demikian disampaikan salah satu peneliti senior BRIN dalam diskusi energi baru di Jakarta.

Leave a reply