Banjir Melanda Bali: Ribuan Warga Terdampak dan Upaya Pemulihan Masih Berlangsung

Banjir Melanda Bali: Ribuan Warga Terdampak dan Upaya Pemulihan Masih Berlangsung
Bali, 10 September 2025 — Bali, salah satu destinasi wisata utama Indonesia, tengah menghadapi bencana alam yang serius. Hujan deras yang mengguyur pulau Dewata sejak Selasa, 9 September 2025, telah memicu banjir besar yang menelan korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur penting. Hingga Kamis, 11 September 2025, data resmi mencatat sedikitnya 14 orang meninggal dunia, dua lainnya masih hilang, dan lebih dari 500 warga terpaksa mengungsi ke tempat-tempat penampungan darurat, termasuk sekolah, masjid, dan balai desa.
Banjir ini bukan hanya berdampak pada warga lokal, tetapi juga mengganggu aktivitas ekonomi dan transportasi di pulau ini. Denpasar, ibu kota provinsi Bali, tercatat sebagai wilayah yang paling parah terdampak, dengan puluhan titik banjir yang menenggelamkan rumah-rumah, jalan, dan fasilitas publik. Sebanyak 120 titik banjir di tujuh kabupaten dan kota di Bali tercatat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), menunjukkan luasnya dampak bencana ini.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, banjir ini dipicu oleh curah hujan ekstrem yang diperparah oleh fenomena gelombang Rosby. Fenomena atmosfer ini menyebabkan pembentukan awan konvektif masif yang membawa hujan deras secara berkelanjutan. Selama lebih dari 24 jam, hujan deras melanda sebagian besar wilayah Bali, menyebabkan sungai-sungai meluap dan banjir melanda pemukiman dan kawasan permukiman rendah.
Selain hujan yang ekstrem, kondisi tanah yang sudah jenuh memperparah risiko banjir dan longsor. BMKG memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan, termasuk banjir bandang dan tanah longsor, karena wilayah Bali dan provinsi tetangga, Nusa Tenggara Timur, masih berisiko terkena dampak cuaca ekstrem.
Banjir yang melanda Bali tidak hanya merusak rumah dan fasilitas publik, tetapi juga memutus akses transportasi di beberapa titik strategis. Di Denpasar, misalnya, dua bangunan roboh akibat tergerus arus deras, menewaskan empat orang, sementara jalan-jalan utama terendam hingga menghambat mobilitas warga. Meskipun akses ke Bandara Internasional Ngurah Rai sempat terhambat, operasional penerbangan tetap berjalan normal berkat upaya cepat petugas bandara.
Di kabupaten lain, seperti Karangasem dan Badung, jalan-jalan utama juga tergenang, menyebabkan warga kesulitan keluar rumah. Banyak sekolah, pasar, dan fasilitas kesehatan terdampak banjir, memaksa pihak berwenang menutup sementara beberapa layanan publik demi keselamatan warga.
Pemerintah Provinsi Bali, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah mengerahkan lebih dari 600 personel gabungan, termasuk polisi, TNI, dan relawan, untuk melakukan evakuasi dan memberikan bantuan darurat. Tim SAR dan relawan mengevakuasi warga yang terjebak di rumah-rumah dan daerah terendam, serta membersihkan lumpur dan puing-puing dari jalan-jalan.
Selain itu, bantuan logistik berupa makanan, air bersih, dan obat-obatan telah didistribusikan ke penampungan darurat. Pemerintah daerah juga berkoordinasi dengan komunitas lokal dan organisasi sosial untuk memastikan distribusi bantuan tepat sasaran, mengingat ribuan warga masih berada di lokasi terdampak.
Tidak hanya Bali yang terdampak. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama Kabupaten Sumba Barat, juga mengalami banjir bandang yang merendam 18 desa. Bencana ini memutus akses jalan dan menyebabkan empat orang meninggal. Tim SAR terus melakukan pencarian terhadap korban yang hilang dan memastikan bantuan darurat sampai ke desa-desa yang terisolasi.
Hingga hari ini, sebagian besar wilayah Bali mulai surut, meski beberapa daerah masih berpotensi terkena banjir susulan. BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi hujan ekstrem yang dapat kembali terjadi dalam beberapa hari ke depan. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau peringatan dini, menjaga keselamatan diri, dan mengikuti arahan BPBD setempat.
Bencana ini menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya pemulihan pascabencana masih berlangsung, mulai dari pembersihan infrastruktur, perbaikan rumah, hingga pemulihan layanan publik. Proses ini akan memakan waktu, namun koordinasi yang baik antara pemerintah, relawan, dan warga menjadi kunci utama agar pulau Dewata dapat kembali pulih. Dengan kejadian ini, Bali diingatkan akan risiko alam yang tinggi, khususnya pada musim hujan, sekaligus memperkuat pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana untuk melindungi nyawa dan harta benda masyarakat.