Bupati Aceh Selatan Dikritik Usai Berangkat Umrah Saat Daerah Dilanda Banjir Besar

Bupati Aceh Selatan Dikritik Usai Berangkat Umrah Saat Daerah Dilanda Banjir Besar
Aceh Selatan | Berita Adikara — Aceh Selatan tengah berjuang menghadapi bencana banjir yang melanda sejumlah kecamatan, namun di saat ribuan warga membutuhkan perhatian pemerintah daerah, Bupati Aceh Selatan justru menuai kritik setelah diketahui melakukan perjalanan ibadah umrah. Informasi tersebut memunculkan gelombang reaksi dari berbagai pihak, terutama masyarakat yang terdampak langsung oleh bencana.
Bencana banjir yang dipicu hujan deras selama beberapa hari menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi pemukiman penduduk. Sejumlah wilayah seperti Kecamatan Kluet Selatan, Kluet Utara, Pasie Raja, dan beberapa desa lainnya mengalami kerusakan cukup parah. Puluhan rumah terendam, akses jalan lumpuh, dan ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang dianggap lebih aman. Situasi darurat ini membuat masyarakat sangat berharap pemerintah daerah hadir langsung dalam penanganan bencana.
Namun publik dikejutkan oleh kabar bahwa Bupati Aceh Selatan sedang berada di luar negeri untuk menjalankan ibadah umrah. Kepergian tersebut dianggap tidak tepat waktu mengingat kondisi darurat yang sedang terjadi di daerahnya. Kritik bermunculan dari organisasi masyarakat, tokoh daerah, dan warganet, yang mempertanyakan komitmen dan prioritas pemimpin daerah di tengah situasi yang sedang sulit.
Beberapa warga menilai bahwa keberadaan kepala daerah di lokasi bencana akan memberikan semangat dan kepastian bagi masyarakat, terutama terkait koordinasi bantuan dan penanganan darurat. Mereka merasa kecewa karena di tengah musibah besar, pemimpin daerah tidak berada di sisi mereka untuk memastikan segala kebutuhan terpenuhi, seperti logistik, layanan kesehatan, dan penanganan pengungsi.
Sejumlah tokoh publik juga memberikan tanggapan keras. Mereka menyatakan bahwa meskipun ibadah merupakan hal penting, seorang pemimpin harus mampu menentukan skala prioritas, terutama ketika masyarakat berada dalam kondisi terancam. Menurut mereka, bupati seharusnya menunda keberangkatannya demi memastikan penanganan bencana berjalan optimal dan menunjukkan kepemimpinan yang responsif.
Sementara itu, aparat pemerintah di tingkat kabupaten menyampaikan bahwa meskipun bupati tidak berada di lokasi, koordinasi tetap dilakukan melalui perangkat daerah, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dinas sosial, dan pihak kecamatan. Mereka memastikan bahwa seluruh jalur bantuan sudah bergerak sejak hari pertama bencana.
Namun pernyataan tersebut tak sepenuhnya meredakan kekecewaan publik. Banyak yang menilai bahwa kehadiran simbolik pemimpin daerah sangat penting dalam kondisi darurat seperti ini. Beberapa warga juga menyampaikan bahwa respons lapangan masih belum optimal, seperti bantuan logistik yang terlambat, minimnya peralatan evakuasi, serta kurangnya tenda pengungsian.
Di tengah polemik ini, sejumlah pihak menyerukan agar pemerintah provinsi dan pusat memberikan dukungan tambahan untuk memastikan penanganan bencana berjalan lebih baik. Mereka juga berharap agar polemik terkait kepergian bupati tidak mengganggu fokus utama, yaitu penyelamatan warga dan pemulihan wilayah terdampak.
Hingga kini, banjir masih meninggalkan dampak signifikan di Aceh Selatan. Ratusan keluarga masih berada di pengungsian, sementara tim relawan terus bekerja membersihkan sisa lumpur dan memastikan jalur distribusi bantuan berjalan lancar. Warga berharap, usai kembali dari umrah, Bupati Aceh Selatan dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat serta mempercepat langkah-langkah pemulihan.
Polemik ini menjadi pengingat bahwa seorang pemimpin memiliki tanggung jawab moral dan sosial yang besar, terlebih di saat masyarakat menghadapi bencana. Kehadiran, komunikasi, dan respons cepat merupakan hal yang sangat dinantikan dalam memastikan masyarakat merasa aman dan diperhatikan.










