Fenomena Motor Brebet Massal di Jawa Timur: Warga Resah, Kualitas Pertalite Jadi Sorotan

0
53
https://beritaadikara.com/fenomena-motor-brebet-massal-di-jawa-timur-warga-resah-kualitas-pertalite-jadi-sorotan/

Surabaya | Berita Adikara — Dalam beberapa pekan terakhir, keresahan melanda para pengendara motor di berbagai daerah di Jawa Timur. Ratusan pengguna kendaraan roda dua mengeluhkan kondisi motor mereka yang tiba-tiba mengalami brebet, kehilangan tenaga, bahkan mati mendadak setelah mengisi bahan bakar jenis Pertalite. Fenomena ini pun memicu gelombang laporan dari berbagai daerah, membuat masyarakat bertanya-tanya: ada apa dengan kualitas bensin yang selama ini menjadi andalan rakyat kecil tersebut?

Laporan pertama datang dari Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, dua wilayah di pesisir barat Jawa Timur. Di sana, bengkel-bengkel mulai kebanjiran pelanggan dengan keluhan yang sama: mesin motor tersendat dan tidak bisa melaju stabil. Suliswanto, seorang mekanik di Bojonegoro, mengaku bahwa dalam beberapa hari terakhir ia telah menangani lebih dari 40 unit motor yang mengalami gejala serupa.

“Mayoritas motor yang datang itu injeksi dan baru, keluaran 2022 ke atas. Setelah kita periksa, tangki bensinnya banyak mengandung endapan seperti air atau cairan lain yang bukan bensin murni,” ujarnya. Setelah tangki dikuras dan bahan bakar diganti dengan bensin lain seperti Pertamax, performa motor kembali normal. “Tapi kalau diisi Pertalite lagi, gejalanya muncul lagi. Tarikan berat, lalu brebet,” tambahnya.

Masalah serupa ternyata tidak hanya terjadi di Bojonegoro dan Tuban. Pengendara di Sidoarjo, Lamongan, Gresik, dan Kediri juga mulai mengeluhkan hal yang sama. Di Sidoarjo, dalam waktu tiga hari, beberapa bengkel melaporkan ratusan motor mengalami gangguan serupa. Para pengguna mengaku mereka semua baru saja mengisi bensin Pertalite di SPBU berbeda, namun gejalanya identik.

Salah satu pengguna di Kediri, Adril (28), mengatakan motornya tiba-tiba mati setelah diisi Pertalite. “Baunya beda, seperti alkohol. Setelah dibongkar, mekanik bilang bensinnya keruh dan kayak bercampur air,” ujarnya. Beberapa warga lain di kawasan yang sama juga menduga bahwa bahan bakar di SPBU tertentu telah terkontaminasi air atau zat kimia lain yang menurunkan kualitas pembakaran di mesin injeksi modern.

Sejumlah mekanik sepakat bahwa penyebab utama fenomena ini kemungkinan besar karena kualitas Pertalite yang tidak sesuai standar. Ada indikasi bahwa bahan bakar yang seharusnya mengandung nilai oktan sekitar RON 90 ini mengalami penurunan kualitas, baik akibat proses penyimpanan yang kurang tepat di SPBU, kontaminasi air, atau campuran bahan tambahan yang tidak seharusnya.

Petugas SPBU di Sidoarjo bahkan mengakui bahwa belakangan ini, aroma Pertalite memang terasa lebih menyengat dari biasanya. “Bensinnya seperti lebih tajam baunya, dan warnanya agak berbeda. Kami juga heran karena banyak pelanggan yang mengeluh,” ujar Musholi, petugas di SPBU Sunan Drajat.

Pihak Pertamina Patra Niaga, sebagai penyalur resmi BBM, merespons laporan tersebut dengan membentuk tim investigasi internal. Mereka menegaskan bahwa seluruh distribusi BBM dari depot hingga SPBU telah melalui proses standar mutu. Namun, mereka tidak menampik adanya kemungkinan kontaminasi di tingkat penyimpanan. “Kami sudah mengirim tim untuk memeriksa langsung beberapa SPBU yang dilaporkan,” ujar juru bicara Pertamina.

Dampak dari fenomena ini cukup signifikan. Banyak pengguna motor, terutama pekerja ojek online dan pengantar barang, terpaksa beralih ke Pertamax meskipun harganya lebih mahal. Beberapa SPBU di Tuban bahkan mencatat peningkatan konsumsi Pertamax hingga 30 persen dalam sepekan terakhir.

Di sisi lain, bengkel-bengkel mengalami lonjakan pelanggan. Mekanik di Gresik melaporkan, biaya perbaikan untuk kasus motor brebet bervariasi antara Rp50.000 hingga Rp500.000, tergantung tingkat kerusakan. “Kalau cuma ganti busi dan kuras tangki masih murah. Tapi kalau sistem injeksinya sudah tersumbat, bisa sampai ratusan ribu,” kata seorang montir.

Keresahan masyarakat pun makin meluas. Banyak pengendara mengaku takut mengisi bensin di SPBU tertentu karena khawatir motornya rusak. “Motor saya masih baru, belum setahun, tapi setelah isi Pertalite malah mogok di tengah jalan. Ini bikin kami rugi waktu dan biaya,” kata Imam Muslim, warga Surabaya yang bekerja sebagai kurir.

Menanggapi meluasnya keluhan tersebut, Polda Jawa Timur bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat mulai melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah SPBU. Sampel bahan bakar diambil untuk diuji di laboratorium guna memastikan apakah ada penurunan mutu atau campuran yang tidak sesuai dengan spesifikasi resmi.

Para pengguna berharap hasil pemeriksaan ini diumumkan secara transparan kepada publik. “Kami tidak menuduh siapa pun, tapi penting untuk tahu penyebab pastinya. Kalau memang Pertalite bermasalah, sebaiknya segera ditarik,” ujar seorang warga di Lamongan.

Pengamat energi, M. Hikam Santosa, menilai fenomena ini sebagai tanda bahwa sistem pengawasan distribusi BBM masih perlu diperkuat. “Pertalite adalah bahan bakar yang dikonsumsi mayoritas masyarakat menengah ke bawah. Jika kualitasnya turun, dampaknya luas — bukan hanya kerusakan mesin, tapi juga hilangnya kepercayaan publik terhadap kebijakan energi nasional,” katanya.

Kasus “wabah motor brebet” akibat dugaan kualitas Pertalite ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Di tengah ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar bersubsidi, pengawasan kualitas dan distribusi BBM harus lebih ketat dan terbuka. Pemerintah, Pertamina, dan lembaga pengawas energi diharapkan segera memberikan kejelasan agar keresahan publik tidak terus meluas.

Hingga kini, hasil uji laboratorium resmi memang belum diumumkan. Namun yang pasti, ribuan pengguna motor di Jawa Timur berharap peristiwa ini tidak berulang, dan mereka bisa kembali berkendara tanpa khawatir motornya tiba-tiba “batuk-batuk” di tengah jalan — hanya karena isi bensin yang seharusnya bisa diandalkan.

Leave a reply