BERITA ADIKARA-Fenomena “Rojali” menjadi Sorotan Sebagai Tanda Adanya Perubahan Kebiasaan Belanja Masyarakat

0
21
https://beritaadikara.com/?p=1471&preview=true

BERITA ADIKARA – Direktur PT Indomarco Prismatama (Indomaret), Wiwiek Yusuf, optimistis bahwa pelanggan yang mengunjungi gerai Indomaret benar-benar memiliki niat untuk berbelanja, bukan hanya sekadar berkunjung tanpa membeli atau yang biasa disebut “rombongan jarang beli” (rojali). Pernyataan ini ia sampaikan sebagai tanggapan atas perubahan pola belanja masyarakat di tengah persaingan antara ritel fisik dan daring.

“Saya rasa fenomena seperti itu lebih sering terjadi di pusat perbelanjaan atau mal. Sementara itu, Indomaret berada lebih dekat dengan konsumen, sehingga orang yang datang ke sini biasanya memang memiliki kebutuhan tertentu,” ungkap Wiwiek saat berbicara dalam konferensi pers di Kantor Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor.

Ia menilai bahwa mayoritas pengunjung memiliki tujuan yang lebih praktis dan terarah.

Fenomena “rojali” ini sebelumnya sempat menjadi sorotan sebagai tanda adanya perubahan kebiasaan belanja masyarakat, terutama di tengah tantangan ekonomi. Banyak orang yang datang ke mal hanya untuk melihat-lihat barang tanpa melakukan pembelian, atau sekadar menikmati suasana dan fasilitas seperti AC.

Di kesempatan lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Solihin, menganggap fenomena tersebut sebagai sesuatu yang biasa dan sulit untuk diawasi secara detail.

“Kita tidak bisa mengawasi itu secara spesifik. Kita sendiri juga sering ke mal hanya untuk melihat-lihat, misalnya di Mangga Dua. Itu hal yang wajar. Orang datang untuk jalan-jalan, mencari tahu, membandingkan harga, dan kalau tidak sesuai, mereka cari yang lebih terjangkau,” katanya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa keputusan untuk berbelanja secara offline atau online sepenuhnya merupakan hak konsumen. Di era digital ini, kedua jenis ritel tersebut bersaing dalam hal harga, kualitas barang, dan pengalaman berbelanja. “Kita bebas memilih, mau belanja di toko fisik atau online. Konsumen pasti mencari yang harganya terjangkau dengan kualitas baik.

Kalau di online lebih murah atau bagus, ya silakan. Tapi kalau di offline, kita bisa melihat barangnya langsung,” ujar Budi.

Ia juga menyebutkan bahwa tren seperti live shopping kini berkembang untuk menggabungkan pengalaman belanja fisik ke dalam platform digital. “Persaingan antara offline dan online itu seimbang. Konsumen bebas menentukan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka, baik itu belanja di toko langsung atau melalui platform online,” tambahnya.

Leave a reply