Gempa Bumi Mengguncang Sumenep: Rumah Roboh & Beberapa Warga Terluka

Gempa Bumi Mengguncang Sumenep: Rumah Roboh & Beberapa Warga Terluka
SUMENEP l BERITA ADIKARA – Warga Kabupaten Sumenep, Madura, dikejutkan oleh guncangan kuat gempa bumi pada Selasa malam, 30 September 2025. Gempa dengan kekuatan magnitudo 6,5 itu berpusat di laut, sekitar 50 kilometer tenggara wilayah Sumenep, dengan kedalaman dangkal 11 kilometer. Guncangan terasa begitu nyata hingga membuat banyak warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
Menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini dikategorikan sebagai gempa dangkal yang disebabkan aktivitas sesar aktif bawah laut. Meski cukup besar, BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Namun, dangkalnya pusat gempa membuat guncangan terasa lebih keras dan menyebabkan dampak cukup signifikan di permukaan.
Sekitar pukul 21.00 WIB, getaran keras berlangsung beberapa detik dan cukup untuk meruntuhkan sebagian bangunan yang tidak memiliki konstruksi kokoh. Banyak warga panik dan langsung keluar rumah, meninggalkan barang-barang berharga demi mencari tempat aman. Di beberapa desa di Pulau Sapudi dan wilayah daratan Sumenep, listrik sempat padam sesaat karena jaringan terganggu oleh guncangan.
BMKG juga mencatat adanya 83 kali gempa susulan setelah gempa utama. Hal ini menambah ketakutan masyarakat karena setiap getaran, meski lebih kecil, tetap mengingatkan mereka pada ancaman yang baru saja dirasakan.
Guncangan menyebabkan setidaknya empat rumah warga roboh. Dinding-dinding rumah retak, atap runtuh, dan beberapa perabot hancur tertimpa material bangunan. Tidak hanya itu, beberapa fasilitas umum seperti mushola dan sekolah dasar di beberapa desa juga dilaporkan mengalami kerusakan ringan hingga sedang.
Selain kerugian material, gempa juga menimbulkan korban jiwa. Tercatat tiga orang mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Mereka segera dievakuasi ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Beruntung, hingga laporan terakhir belum ada korban meninggal dunia akibat gempa ini.
Meski begitu, trauma mendalam dirasakan oleh masyarakat, terutama anak-anak. Banyak keluarga memilih untuk bermalam di luar rumah, seperti di halaman atau lapangan terbuka, karena takut gempa susulan menyebabkan rumah mereka roboh.
Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep bersama aparat kepolisian dan TNI segera turun ke lokasi terdampak. Mereka melakukan pendataan kerusakan, mengevakuasi warga, serta memastikan akses jalan tidak terhambat material bangunan. Pemerintah daerah juga menyalurkan bantuan darurat berupa tenda, makanan siap saji, dan selimut untuk warga yang mengungsi.
Bupati Sumenep meminta masyarakat tetap tenang dan waspada. Ia mengimbau agar warga tidak kembali ke rumah yang mengalami kerusakan struktural sebelum ada pemeriksaan dari pihak berwenang. “Keselamatan warga adalah prioritas utama. Kami terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memantau kemungkinan gempa susulan,” tegasnya.
Selain itu, tim teknis juga diminta memeriksa kondisi bangunan publik seperti sekolah, masjid, dan puskesmas. Langkah ini dilakukan untuk memastikan keamanan sebelum gedung-gedung tersebut kembali digunakan.
Kepala BMKG menjelaskan bahwa gempa ini merupakan jenis gempa tektonik akibat aktivitas sesar aktif di dasar laut Madura. Kedalaman yang hanya 11 kilometer membuat guncangan terasa lebih kuat meski energi pelepasan relatif terbatas. Fenomena ini mengingatkan kembali pada pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan gempa, termasuk Madura.
BMKG juga menekankan agar warga tidak percaya pada informasi hoaks yang menyebut adanya potensi tsunami. Pihaknya menegaskan, meski magnitudo cukup besar, gempa dengan pusat di daratan dangkal tersebut tidak menimbulkan pergerakan signifikan pada massa air laut.
Pasca gempa, suasana malam di Sumenep berubah menjadi mencekam. Warga mendirikan tenda-tenda darurat di lapangan terbuka. Di antara rasa takut, ada pula kebersamaan yang muncul. Warga saling berbagi makanan, air minum, dan memberikan semangat satu sama lain. Relawan dari organisasi masyarakat dan mahasiswa juga ikut terlibat, menyalurkan bantuan serta menghibur anak-anak yang ketakutan.
Di beberapa desa, tokoh agama memimpin doa bersama memohon keselamatan dan perlindungan. Momen ini menjadi pengingat akan pentingnya persatuan dalam menghadapi bencana.
Tragedi gempa Sumenep menjadi pengingat keras bahwa Indonesia, sebagai negara yang berada di jalur cincin api Pasifik, selalu berpotensi diguncang gempa bumi. Pembangunan rumah tahan gempa menjadi kebutuhan mendesak, terutama di daerah-daerah rawan. Pemerintah daerah dan pusat diharapkan memperkuat edukasi mitigasi bencana, agar masyarakat tahu langkah-langkah penyelamatan diri saat gempa terjadi.