Jadwal Drama Kolosal Surabaya Merah Putih, Perobekan Bendera di Surabaya

Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan, Surabaya
SURABAYA | BERITA ADIKARA – Sebagai “Kota Pahlawan,” identitas Surabaya sangatlah berakar kuat pada sejarah perjuangan gigih melawan kolonialisme pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Salah satu momen krusial dalam perjuangan ini, yaitu insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada 19 September 1945, menjadi simbol kuat penolakan tegas bangsa Indonesia terhadap dominasi asing.
Peringatan Peristiwa Perobekan Bendera
Aksi heroik perobekan bendera ini diperingati setiap tahun melalui pementasan teatrikal kolosal. Tahun ini, acara bertajuk “Surabaya Merah Putih” akan ditampilkan dalam bentuk drama musikal yang megah.
Detail Acara:
- Tanggal: Minggu, 21 September 2025
- Waktu: Pukul 07.00 WIB
- Lokasi: Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan, Surabaya
Pertunjukan kolaboratif ini melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk seniman, pelajar, komunitas sejarah, dan veteran. Kolaborasi lintas generasi ini tidak hanya menghidupkan kembali peristiwa bersejarah, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukasi yang mendalam, mengingatkan generasi muda akan keberanian dan pengorbanan para pahlawan Indonesia.
Perobekan bagian biru pada bendera Belanda untuk menjadikannya bendera Merah Putih Indonesia bukanlah sekadar tindakan simbolis; ini adalah deklarasi jelas bahwa rakyat Indonesia tidak akan lagi menoleransi kekuasaan asing. Peristiwa ini membakar semangat perlawanan para pemuda Surabaya, yang puncaknya terjadi dalam pertempuran besar 10 November 1945.
Seperti yang diceritakan oleh Bung Tomo dalam bukunya “10 November,” insiden ini dipicu oleh pasukan Belanda yang mengibarkan bendera merah-putih-biru di puncak Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Aksi provokatif yang dilakukan setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya ini memicu kemarahan besar dari penduduk setempat.
Situasi memanas saat para pemuda Belanda dengan sombongnya mengejek warga dan merusak plakat-plakat kemerdekaan. Ketegangan memuncak ketika dua tokoh Belanda, Ploegman dan Spit, kembali mengibarkan bendera tersebut. Kejadian ini mendorong berkumpulnya ribuan pemuda Surabaya di sekitar hotel, bersenjatakan seadanya seperti bambu runcing dan celurit.
Bentrok pun pecah antara warga yang tidak bersenjata dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap. Meskipun kalah dalam persenjataan, beberapa pemuda Indonesia berhasil menyusup ke dalam hotel, menurunkan bendera Belanda, merobeknya, dan dengan bangga mengibarkan kembali bendera Merah Putih.
Versi sejarah mengenai kejadian ini bervariasi. Bung Tomo menulis bahwa Ploegman tewas dalam bentrokan, sementara sejarawan Amerika, William H. Frederick, menyebut Ploegman meninggal beberapa hari kemudian akibat luka yang dideritanya. Namun, terlepas dari perbedaan versi ini, para sejarawan sepakat bahwa perobekan bendera adalah aksi spontan dan kuat dari perlawanan rakyat yang dipicu oleh arogansi Belanda.
Momen bersejarah ini tetap menjadi pengingat kuat akan pentingnya persatuan dan kedaulatan bangsa. Keberanian para pemuda Surabaya menjadi inspirasi abadi bagi generasi-generasi selanjutnya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah diperjuangkan oloeh p
Wali Kota Prabumulih Klarifikasi Polemik Pemecatan Kepsek SMPN 1
19 September 2025