Jejak ‘Potongan Rapi’ di Banjir Sumatera, Satgas Hutan Buru Korporasi di Balik Dugaan Pembalakan Liar

0
55

SUMATERA | BERITA ADIKARA – Bencana banjir bandang yang menerjang sejumlah provinsi di Pulau Sumatera pada akhir November 2025 kini memasuki babak baru. Fokus penanganan bencana tidak lagi hanya pada evakuasi korban, tetapi bergeser pada upaya penegakan hukum lingkungan setelah ditemukannya indikasi kuat aktivitas pembalakan liar sebagai pemicu utama bencana.

Satuan Tugas (Satgas) Penertiban Kawasan Hutan secara resmi mengumumkan tengah menelusuri sumber material kayu yang membanjiri permukiman warga. Langkah ini diambil menyusul temuan banyaknya kayu gelondongan (log) berukuran raksasa yang hanyut terbawa arus banjir.

Petunjuk Fisik Potongan Kayu Industri

Dugaan keterlibatan aktivitas ilegal atau kelalaian korporasi menguat berdasarkan bukti fisik di lapangan. Kayu-kayu yang hanyut tersebut memiliki ciri-ciri spesifik yang tidak lazim ditemukan pada pohon yang tumbang secara alami akibat badai atau longsor.

“Kayu-kayu gelondongan tersebut ditemukan dalam kondisi kulit terkelupas dengan potongan ujung yang terlihat sangat rapi. Ini adalah indikator teknis hasil tebangan gergaji mesin (chainsaw), bukan patahan alam,” ungkap sumber dari tim investigasi.

Temuan ini menjadi petunjuk awal (bukti permulaan) bagi penegak hukum untuk memetakan lokasi penebangan di area hulu yang seharusnya menjadi daerah tangkapan air.

Menuntut Pertanggungjawaban Korporasi

Satgas Penertiban Kawasan Hutan menegaskan bahwa investigasi ini bertujuan untuk membongkar rantai pasok kayu ilegal tersebut.

Jika terbukti bahwa kayu-kayu tersebut berasal dari konsesi perusahaan atau penebangan liar yang dibiarkan, Satgas berkomitmen untuk mengejar pertanggungjawaban korporasi maupun pihak-pihak yang terlibat.

Pemerintah didesak untuk tidak hanya melihat banjir ini sebagai fenomena cuaca ekstrem semata, melainkan sebagai dampak langsung dari kerusakan ekologis yang sistematis.

Penelusuran ini diharapkan dapat menyeret pelaku perusakan hutan ke meja hijau guna memberikan efek jera dan mencegah bencana serupa terulang di masa depan.

Leave a reply