Márquez Raih Gelar Dunia ke-9 di Kelas Premier lewat Podium Kedua di Motegi

0
35

Motegi, Jepang, 28 September 2025 – Sorak sorai penonton di Sirkuit Twin Ring Motegi tak hanya menyambut kemenangan Francesco Bagnaia yang finis pertama di Grand Prix Jepang, melainkan juga menjadi saksi lahirnya momen bersejarah: Marc Márquez resmi menyegel gelar juara dunia ke-9 sepanjang kariernya, sekaligus gelar ketujuh di kelas MotoGP.

Meskipun hanya finis di posisi kedua, hasil tersebut sudah cukup membuat pembalap asal Spanyol itu mengunci gelar dunia lebih cepat. Pasalnya, keunggulan poinnya atas sang adik sekaligus pesaing terdekat, Álex Márquez, sudah tak mungkin terkejar dalam sisa seri musim ini.

Bagi Márquez, gelar ini bukan sekadar angka. Begitu melewati garis finis, ekspresi wajahnya jelas memperlihatkan kelegaan sekaligus kebahagiaan. Saat naik ke podium, ia tak mampu membendung air mata ketika layar besar di sirkuit menayangkan kilas balik perjalanan kariernya: momen-momen emas, kecelakaan mengerikan, operasi berulang, hingga masa-masa ketika dirinya sempat diragukan akan kembali ke level tertinggi.

“Semua perjuangan itu terbayar. Saya berdiri di sini dengan damai,” ucap Márquez, suaranya bergetar menahan haru.

Emosi itu wajar, sebab dua musim terakhir Márquez benar-benar melewati jalan berliku. Cedera lengan yang nyaris mengakhiri karier, operasi berkali-kali, hingga periode di mana performanya jauh dari kata kompetitif. Banyak pihak bahkan menyebut eranya telah selesai. Namun, di Motegi 2025, Márquez membuktikan bahwa dirinya masih “Baby Alien” yang mampu bangkit dan mendominasi.

Balapan di Motegi berlangsung sengit. Bagnaia, yang tampil sangat impresif sepanjang akhir pekan, langsung melesat sejak start dan mempertahankan posisinya hingga finis. Márquez dengan penuh perhitungan berada tepat di belakangnya. Ia tak perlu memaksakan diri mengejar kemenangan, karena posisi kedua sudah cukup untuk mengunci gelar dunia.

Álex Márquez, yang masih memiliki peluang tipis dalam perburuan gelar, hanya mampu finis di posisi keenam. Hasil itu memastikan bahwa Marc tak lagi bisa dikejar secara matematis dalam klasemen.

“Balapan ini saya jalani dengan tenang. Fokus saya bukan pada podium pertama, tetapi pada target yang lebih besar: gelar dunia,” kata Márquez.

Gelar dunia kali ini membuat Márquez sejajar dengan legenda MotoGP, Valentino Rossi, yang juga mengoleksi 7 gelar kelas premier dan total 9 gelar dunia. Bagi penggemar, perbandingan keduanya menghadirkan nuansa emosional tersendiri. Jika Rossi dikenang sebagai ikon flamboyan dengan karisma luar biasa, maka Márquez kini dikenal sebagai pejuang gigih dengan semangat comeback yang menginspirasi.

Beberapa pengamat menyebut pencapaian Márquez bahkan lebih istimewa, karena datang setelah masa suram akibat cedera. Raul Fernández, salah satu rivalnya, menilai perjalanan Márquez “hampir mustahil ditiru oleh pembalap lain.”

Kepindahan Márquez ke Ducati musim ini terbukti sebagai keputusan tepat. Motor Desmosedici yang kompetitif, ditambah pengalaman Márquez yang luar biasa, menciptakan kombinasi mematikan. Konsistensinya sejak awal musim membuatnya cepat membuka jarak di klasemen.

Guido Domenicali, CEO Ducati, memuji etos kerja Márquez. “Ia bukan hanya pembalap hebat, tetapi juga sosok yang mampu memotivasi tim. Gelar ini milik Marc, tetapi juga milik semua orang di Ducati,” ujarnya.

Kesuksesan Márquez di Motegi menambah bab baru dalam kisah panjang MotoGP. Di usia 32 tahun, ia menunjukkan bahwa daya juang dan mental baja mampu menaklukkan keterbatasan fisik. Gelar ke-9 ini bukan hanya simbol dominasinya, melainkan juga kisah inspiratif tentang bangkit dari keterpurukan.

Para penggemar yang memenuhi tribun Motegi merasakan hal yang sama. Spanduk bertuliskan “Welcome back, Champion” berkibar, mengingatkan semua orang bahwa olahraga ini bukan hanya soal kecepatan, melainkan juga soal daya tahan, determinasi, dan keberanian.

Dengan lima seri tersisa, Márquez kini bisa menjalani balapan tanpa tekanan besar. Pertanyaannya: apakah ia akan tetap menambah kemenangan atau memilih bermain aman? Dan lebih jauh lagi, apakah ia akan terus memperpanjang dominasinya untuk melampaui rekor Valentino Rossi dan bahkan Giacomo Agostini yang punya 15 gelar dunia?

Yang jelas, gelar dunia kesembilan ini sudah meneguhkan status Márquez sebagai salah satu pembalap terhebat sepanjang sejarah MotoGP.

MotoGP Motegi 2025 akan selalu dikenang bukan hanya sebagai ajang kemenangan Bagnaia, tetapi terutama sebagai panggung kembalinya seorang legenda. Marc Márquez telah mengubah narasi dari “pembalap cedera yang menurun” menjadi “ikon comeback yang abadi.”

Kini, dunia balap motor kembali menatap Márquez bukan sekadar sebagai pesaing, melainkan sebagai simbol daya tahan manusia. Di Motegi, air mata seorang juara menetes, tetapi bersamaan dengan itu lahirlah senyum kemenangan bagi jutaan penggemar di seluruh dunia.

Leave a reply