Mengenal Sosok Zohran Mamdani: Kandidat Kuat Yang Berpotensi Menjadi Walikota New York

0
13

New York City, 25 Juni 2025 – Dalam langkah politik yang mengejutkan dan bersejarah, Zohran Kwame Mamdani, politisi muda berusia 33 tahun dari Partai Demokrat Sosialis Amerika (DSA), unggul dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat dan dipastikan menjadi calon terkuat untuk jabatan Walikota New York berikutnya. Kemenangan ini membuka jalan bagi Mamdani untuk menjadi walikota pertama berlatar belakang Muslim dan keturunan India di kota terbesar Amerika Serikat itu.

Kemenangan Melalui Jalur Progresif

Zohran Mamdani, yang kini menjabat sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York dari Queens, memenangkan pemilihan pendahuluan dengan sekitar 43% suara, mengalahkan tokoh politik kawakan dan mantan Gubernur Andrew Cuomo yang meraih 36%. Pemilihan ini menggunakan sistem ranked-choice voting (RCV), dan Mamdani sudah unggul signifikan pada putaran pertama, sehingga Cuomo mengakui kekalahan sebelum putaran akhir.

Mamdani dikenal luas karena pandangannya yang anti-oligarki, kebijakan anti-korporasi, dan seruan akan keadilan ekonomi. Kemenangannya dipandang sebagai sinyal kuat bahwa warga New York, terutama generasi muda, menginginkan perubahan drastis dalam arah pemerintahan kota.

Visi Politik dan Gagasan Besar

Mamdani membawa visi kebijakan yang sangat progresif—dianggap radikal oleh banyak pihak. Ia mendorong:

  • Transportasi umum gratis bagi seluruh warga NYC.
  • Penangguhan kenaikan sewa untuk mengatasi krisis perumahan.
  • Penitipan anak gratis bagi keluarga berpenghasilan rendah.
  • Perluasan layanan publik untuk mengurangi ketergantungan warga pada sektor swasta.

Program-programnya didesain untuk mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi yang menurutnya sudah mengakar dalam kebijakan kota selama puluhan tahun. Ia juga berjanji memotong anggaran kepolisian dan mengalihkannya ke pendidikan dan layanan sosial.

Kemenangan Mamdani disambut sorak sorai oleh para pemilih progresif, komunitas imigran, serta kelompok muda dan minoritas yang merasa selama ini suaranya kurang didengar.

Namun di sisi lain, kalangan bisnis dan dunia usaha Wall Street menunjukkan kekhawatiran mendalam. Banyak pelaku ekonomi menilai kebijakan Mamdani dapat menghambat pertumbuhan dan mendorong pelarian modal.

Bahkan, Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, menyebut Mamdani sebagai “komunis berbahaya” dan menyebut kemenangan ini sebagai “malapetaka untuk ekonomi nasional.” Beberapa elite Demokrat moderat pun bersikap diam atau menghindari komentar terbuka, mencerminkan adanya kegamangan di tubuh partai.

Meskipun kemenangan dalam pemilihan pendahuluan Demokrat biasanya sudah hampir pasti memenangkan kursi Walikota New York—mengingat dominasi Demokrat di kota itu—Mamdani tetap akan menghadapi pemilihan umum pada November 2025. Lawan utamanya adalah walikota petahana Eric Adams yang mencalonkan diri lewat jalur independen, dan Curtis Sliwa dari Partai Republik.

Jika menang, Mamdani akan resmi menjabat pada 1 Januari 2026, menggantikan Adams yang masa kepemimpinannya penuh kontroversi seputar keamanan kota dan relasi dengan komunitas kulit hitam dan Muslim.

Kemenangan Mamdani bukan hanya mencerminkan perubahan preferensi politik warga New York, tetapi juga menggambarkan gelombang pergeseran ideologis nasional. Para analis menyebutnya sebagai “momen titik balik,” di mana generasi muda kota besar Amerika mulai berani memilih pemimpin dengan gagasan struktural yang jauh dari arus utama.

Dengan latar belakang aktivisme, kerja akar rumput, dan keberpihakannya terhadap rakyat kecil, Mamdani dipandang sebagai wajah baru politik perkotaan yang lebih inklusif, pluralistik, dan berorientasi keadilan sosial.

Kemenangan Zohran Mamdani tidak hanya mencatat sejarah dari segi identitas—sebagai Muslim pertama dan keturunan India pertama yang memimpin New York—tetapi juga menjadi simbol kuat akan transformasi demokrasi lokal. Di tengah hiruk-pikuk global, New York kini menatap masa depan di bawah pemimpin muda dengan visi perubahan menyeluruh.

Apakah Zohran Mamdani akan mampu mengubah sistem dari dalam dan membawa keadilan yang dijanjikannya, masih menjadi pertanyaan besar. Namun satu hal pasti: sejarah sedang ditulis ulang di Balai Kota New York.

Leave a reply