Musibah Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny: Tiga Tewas, Puluhan Santri Luka-Luka

0
43
https://beritaadikara.com/musibah-ambruknya-bangunan-ponpes-al-khoziny-tiga-tewas-puluhan-santri-luka-luka/

Sidoarjo, Jawa Timur – Suasana duka menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, setelah bangunan musala yang tengah dalam tahap pembangunan ambruk pada Senin sore, 29 September 2025. Peristiwa memilukan itu terjadi sekitar pukul 15.00 WIB, ketika para santri sedang melaksanakan salat Ashar berjamaah. Tanpa disangka, bagian atas bangunan tiba-tiba runtuh, menimbun puluhan santri yang berada di dalamnya.

Bangunan yang roboh diketahui merupakan gedung tiga lantai dengan tambahan dek cor di bagian atas. Menurut pengasuh pesantren, saat kejadian, konstruksi sedang berada pada tahap pengecoran terakhir. Diduga, fondasi bangunan tidak cukup kuat menahan beban tambahan dari cor baru sehingga mengakibatkan keruntuhan mendadak. Dugaan awal ini kini menjadi fokus penyelidikan pihak berwenang, terutama terkait aspek teknis dan izin konstruksi.

Insiden tersebut langsung menimbulkan kepanikan. Puluhan santri berteriak meminta tolong dari balik reruntuhan. Tim SAR bersama aparat setempat segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi. Alat berat didatangkan, dibantu dengan teknologi pencarian seperti kamera sensor dan perangkat HDR (Heavy Duty Rescue) untuk mendeteksi keberadaan korban yang terjebak.

Data sementara menyebutkan, tiga santri dinyatakan meninggal dunia, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka. Laporan dari beberapa rumah sakit rujukan di Sidoarjo dan Surabaya menyebutkan sejumlah korban mengalami cedera berat, termasuk patah tulang, luka di kepala, bahkan ada yang harus menjalani amputasi akibat tertimpa material beton.

Hingga Selasa pagi, proses pencarian korban masih terus dilakukan. Informasi terakhir menyebutkan masih ada santri yang diyakini terperangkap di bawah reruntuhan. Tangis keluarga yang menunggu di lokasi menambah haru suasana. Mereka berharap anak-anak mereka segera ditemukan dalam keadaan selamat.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan rasa duka mendalam atas tragedi ini. Khofifah menegaskan bahwa seluruh biaya perawatan korban luka akan ditanggung pemerintah daerah. Selain itu, ia juga menugaskan dinas terkait untuk memberikan pendampingan psikologis bagi santri dan keluarga korban, mengingat trauma yang ditimbulkan tidaklah ringan.

Bupati Sidoarjo turut menyampaikan keprihatinannya. Ia menekankan pentingnya pengawasan dalam pembangunan gedung, terutama yang diperuntukkan bagi fasilitas pendidikan. Menurutnya, izin mendirikan bangunan dan standar teknis harus dipastikan sejak awal agar musibah serupa tidak kembali terulang.

Selain memberikan bantuan darurat, pemerintah daerah juga memastikan kegiatan belajar mengajar di Ponpes Al Khoziny dihentikan sementara waktu. Hal ini dilakukan demi keselamatan santri, sekaligus memberi kesempatan tim penyelidik untuk memeriksa kondisi bangunan lain di kompleks pesantren.

Tragedi ini memicu pertanyaan besar tentang keamanan konstruksi di pesantren tersebut. Para ahli bangunan menyebut bahwa menambahkan dek beton pada bangunan tiga lantai memerlukan perhitungan matang terhadap daya dukung fondasi dan struktur utama. Jika tidak, risiko kegagalan konstruksi sangat tinggi.

Kepolisian bersama tim ahli konstruksi kini tengah mengumpulkan bukti. Mereka memeriksa dokumen perizinan pembangunan, material yang digunakan, hingga kualitas pengerjaan. Dugaan sementara bahwa fondasi tidak kuat untuk menopang beban tambahan masih harus diverifikasi secara ilmiah melalui uji forensik bangunan.

Di tengah proses evakuasi, suasana duka menyelimuti lingkungan pesantren. Ribuan warga sekitar berdatangan untuk membantu sekaligus memberikan dukungan moral. Beberapa keluarga korban terlihat menunggu dengan penuh cemas di depan lokasi reruntuhan. Mereka berharap anak-anak mereka segera bisa diselamatkan, meski kenyataan pahit sudah merenggut beberapa nyawa.

Sejumlah tokoh agama dan masyarakat juga menggelar doa bersama untuk para korban. Mereka mendoakan agar yang meninggal husnul khatimah dan yang terluka segera diberi kesembuhan. Solidaritas dari berbagai pihak pun mengalir, baik berupa bantuan makanan, obat-obatan, maupun tenaga relawan yang ikut bergabung dalam operasi penyelamatan.

Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak tentang betapa vitalnya aspek keselamatan dalam pembangunan gedung, terlebih jika bangunan tersebut diperuntukkan bagi ratusan santri yang setiap hari beraktivitas di dalamnya. Tragedi ini sekaligus menjadi peringatan keras agar peraturan teknis dan prosedur izin bangunan tidak dianggap sepele.

Pemerintah pusat pun diharapkan ikut turun tangan untuk memperketat regulasi pembangunan gedung pendidikan berbasis pesantren, karena jumlah pondok pesantren di Indonesia sangat besar dan sebagian masih melakukan pembangunan secara swadaya.

Leave a reply