Pengeroyokan Dua Mata Elang di Kalibata Memicu Kerusuhan, Satu Tewas dan Satu Kritis

Pengeroyokan Dua Mata Elang di Kalibata Memicu Kerusuhan, Satu Tewas dan Satu Kritis
Jakarta | Berita Adikara — Kawasan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata), Jakarta Selatan, mendadak berubah menjadi lokasi kekacauan pada Kamis (11/12). Dua orang mata elang — sebutan untuk para penagih utang atau debt collector — menjadi korban pengeroyokan oleh sekelompok orang tak dikenal di pinggir jalan kawasan tersebut. Akibat serangan brutal itu, satu orang meninggal dunia di tempat, sementara rekannya mengalami luka parah dan kini berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Insiden yang berlangsung cepat itu memicu rangkaian peristiwa lanjutan, termasuk kerusuhan dan pembakaran kios-kios warga pada malam harinya. Situasi sempat tidak terkendali hingga aparat kepolisian harus turun dengan kekuatan tambahan untuk meredam eskalasi.
Menurut informasi yang dihimpun dari keterangan saksi dan laporan kepolisian, insiden bermula sekitar pukul 15.30 WIB. Kedua mata elang tersebut dilaporkan tengah menjalankan tugasnya menghentikan kendaraan yang melintas di sekitar TMP Kalibata — tindakan yang sering dilakukan para penagih dalam proses verifikasi kredit kendaraan bermasalah.
Namun proses yang tampaknya rutin itu berubah dramatis ketika sebuah mobil berhenti mendadak. Dari mobil tersebut, sejumlah pria keluar dan langsung menyerang kedua mata elang secara bertubi-tubi tanpa dialog panjang. Serangan berlangsung hanya beberapa menit, namun cukup untuk membuat salah satu korban terkapar dalam kondisi mengenaskan.
Warga yang melihat kejadian sempat panik, sementara pelaku langsung melarikan diri menggunakan kendaraan mereka. Saat tim medis tiba, salah satu korban dinyatakan tewas di lokasi, sedangkan yang lain dibawa ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Hingga berita ini diturunkan, polisi belum mengungkap identitas lengkap kedua korban. Namun keduanya dipastikan merupakan bagian dari kelompok penagih utang yang kerap beroperasi di wilayah Jakarta Selatan.
Korban yang selamat mengalami luka berat di bagian kepala dan tubuh akibat hantaman benda tumpul. Dokter yang menangani menyebutkan bahwa pasien memerlukan penanganan intensif dan observasi 24 jam.
Situasi ini semakin menyedihkan karena keluarga korban harus menerima informasi tragis secara tiba-tiba, di tengah ketidakjelasan motif para pelaku.
Kepolisian dari Polres Metro Jakarta Selatan dan Polsek Pancoran langsung bergerak cepat menangani kasus ini. Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, memastikan bahwa pihaknya telah mengumpulkan sejumlah bukti, termasuk rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekitar lokasi.
Menurut Kapolsek Pancoran, Kompol Mansur, jumlah pelaku yang turun dari mobil diperkirakan tidak sedikit. “Informasi awal menunjukkan pelaku bukan individu acak, melainkan kelompok yang bergerak bersamaan. Kami sedang telusuri latar belakang mereka,” ujarnya.
Polisi juga mendalami kemungkinan bahwa insiden ini bukan sekadar pertikaian spontan, melainkan dipicu konflik yang lebih luas antara kelompok tertentu dan mata elang yang kerap bersinggungan dengan warga pengguna jalan.
Tak lama setelah kabar pengeroyokan menyebar, situasi di Kalibata kembali memanas. Sekitar pukul 18.00 WIB, puluhan orang yang diduga rekan atau simpatisan salah satu korban mendatangi sejumlah warung dan tempat usaha di sekitar lokasi.
Dalam waktu singkat, beberapa kios dan sepeda motor dibakar dan dirusak. Api berkobar di beberapa titik, sementara warga sekitar memilih mengunci rumah mereka karena takut terjadi bentrok lebih besar.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan massa memenuhi ruas jalan, berteriak, dan melemparkan benda ke sejumlah bangunan. Situasi baru mulai terkendali setelah polisi dan petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi. Aparat bahkan memasang garis polisi di beberapa titik rawan untuk mencegah aksi lanjutan.
Menanggapi kekacauan tersebut, Kapolres Nicolas Ary Lilipaly memastikan pihaknya akan menindak tegas semua pihak yang terbukti melakukan tindakan kriminal, baik pelaku pengeroyokan maupun massa yang melakukan aksi balasan.
“Tidak ada ruang bagi tindakan main hakim sendiri. Kami minta semua pihak menahan diri dan menyerahkan penanganan kepada kepolisian,” tegas Nicolas.
Hingga hari ini, polisi telah memeriksa beberapa saksi mata dan terus memburu pelaku pengeroyokan. Investigasi sedang difokuskan pada kendaraan yang digunakan pelaku untuk mengidentifikasi jejak digital dan rute pelarian mereka.
Insiden ini memperlihatkan kompleksitas persoalan antara mata elang, masyarakat pengguna jalan, dan potensi gesekan yang muncul di lapangan. Banyak warga mengaku resah dengan keberadaan para penagih utang, namun pada saat yang sama, tindakan kekerasan balasan seperti pengeroyokan juga menciptakan rasa tidak aman.
Sejumlah warga Kalibata berharap polisi tidak hanya menangkap pelaku, tetapi juga meningkatkan pengawasan agar konflik serupa tidak terulang.
Pengeroyokan dua mata elang di Kalibata menjadi salah satu insiden kekerasan paling menghebohkan di Jakarta Selatan pada penghujung tahun 2025. Kasus ini bukan hanya menyebabkan korban jiwa dan luka berat, tetapi juga memicu gelombang kerusuhan yang merusak fasilitas warga.
Polisi kini bekerja keras mengungkap pelaku dan memastikan stabilitas kawasan. Masyarakat pun berharap proses hukum dapat berjalan transparan, sehingga keadilan bagi korban dapat terwujud dan ketertiban kembali pulih.










