Unesa Jalin Sinergi Riset dengan BRIDA Jatim, Dorong Ekosistem Pangan Berkelanjutan di Jawa Timur

Unesa Jalin Sinergi Riset dengan BRIDA Jatim, Dorong Ekosistem Pangan Berkelanjutan di Jawa Timur
Surabaya | Berita Adikara — Dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan yang lebih modern dan berkelanjutan di Jawa Timur, dua fakultas di Universitas Negeri Surabaya—yaitu FKP dan FEB—baru saja menandatangani kerjasama strategis dengan BRIDA Jatim. Acara penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) berlangsung — Kamis, 30 Oktober 2025 di ruang Auditorium Kampus Unesa 3, Surabaya.
Kolaborasi ini bukan sekadar kerjasama kampus biasa, melainkan sebuah langkah penting yang menggabungkan keahlian dari sisi teknologi pangan dan agribisnis (FKP) dengan perspektif ekonomi, bisnis dan manajemen inovasi (FEB). Sementara BRIDA sebagai lembaga riset dan inovasi daerah memiliki mandat memperkuat penelitian, pengembangan teknologi, dan daya saing pembangunan di era baru — terhadap seluruh sektor termasuk pangan.
Dekan FKP Unesa, Prof. Dr. Nining Widyah Kusnanik, M.Appl.Sc., dan Dekan FEB, Prof. Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M.Si., hadir bersama Kepala BRIDA Jatim, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes., dalam acara yang dihadiri sivitas akademika dan tim riset dari ketiga institusi. Dalam sambutannya, Prof Nining menekankan bahwa “kolaborasi ini mempertegas komitmen kami untuk menjadikan teknologi pangan dan bisnis inovatif sebagai fondasi pembangunan ekonomi daerah yang benar-benar berdampak.”
Bagi FKP, segmen riset mencakup agribisnis digital, akuakultur, bioteknologi, biosains hewan, serta teknologi pengolahan hasil pertanian. Sementara FEB akan mendampingi dari sisi business modelling, manajemen inovasi dan hilirisasi riset ke produk yang dapat diterapkan. BRIDA hadir sebagai jembatan antara kampus dan kebutuhan daerah—menemukan dan memperkuat riset yang “relevan” dengan persoalan Jawa Timur saat ini.
Kerjasama ini diharapkan menghadirkan beberapa dampak konkret. Pertama, penelitian yang dilakukan kampus kini memiliki rute implementasi yang jelas: dari laboratorium, ke aplikasi teknologi, hingga ke masyarakat dan industri. Kedua, proses pengabdian kepada masyarakat akan lebih terarah — misalnya transfer teknologi untuk petani di Madura atau nelayan di Pamekasan, yang sekaligus dikaitkan dengan usaha mikro dan pasar lokal.
Mahasiswa juga menjadi penerima manfaat langsung. Mahasiswa FKP akan mendapatkan akses magang dan penelitian di BRIDA, khususnya yang berkaitan dengan teknologi pangan, agribisnis digital atau akuakultur. Sedangkan mahasiswa FEB mendapatkan peluang menyusun analisis kelayakan, pemasaran dan pengelolaan inovasi. Dengan demikian, lulusan Unesa nantinya bukan hanya memiliki kompetensi teknis, tetapi juga keahlian bisnis dan manajemen yang relevan.
Kolaborasi tersebut mengambil tema besar “Ekosistem Pangan Berkelanjutan”, dengan tujuan memperkuat sistem pangan di Jawa Timur agar tidak hanya produktif, tetapi juga resilient terhadap tantangan seperti perubahan iklim, gangguan rantai pasok, dan penurunan kualitas pangan. Sinergi institusi ini bertujuan menghadirkan solusi terpadu—teknologi, bisnis, manusia—yang saling mendukung.
Misalnya, FKP akan mengembangkan teknologi pascapanen untuk mengurangi limbah pangan, sedangkan FEB akan merancang model bisnis agar produk akhir memiliki nilai tambah dan bisa diakses oleh pasar. BRIDA sendiri memfasilitasi agar hasil riset ini tersambung ke kebijakan dan program pemerintah daerah. “Ekosistem tidak akan tumbuh hanya dengan satu pihak; kita butuh teknologi, pasar, sumber daya manusia, dan regulasi yang mendukung,” ujar Dr. Andriyanto.
Meski optimisme tinggi, pihak akademik dan BRIDA juga mengakui ada tantangan yang harus dilalui. Salah satunya adalah memastikan riset dan inovasi benar-benar diterapkan di lapangan, bukan hanya berhenti sebagai publikasi. Juga penting ialah memperkuat sinergi antara kampus, pemerintah daerah, petani/pelaku usaha, dan industri agar teknologi benar-benar sampai ke pengguna akhir.
Kapasitas penelitian di daerah, soal anggaran, sarana dan waktu, juga menjadi penghalang yang harus diatasi. Kemudian, hilirisasi produk riset agar memiliki nilai komersial memerlukan dukungan pasar dan distribusi yang baik.
Penandatanganan MoA antara FKP Unesa, FEB Unesa dan BRIDA Jatim menandai babak baru dalam bagaimana riset dan inovasi bisa menjadi ujung tombak pembangunan pangan di Jawa Timur. Tidak lagi hanya wacana, tetapi terstruktur melalui kolaborasi multidisiplin yang potensial mengubah wajah ekosistem pangan daerah.
Dengan kemampuan teknologi dari FKP dan pendekatan bisnis dari FEB yang dibingkai oleh BRIDA sebagai penjembatan ke kebijakan dan industri, harapan besar tertumpu agar Jawa Timur mampu menjadi model wilayah dengan pangan yang berkelanjutan, inovatif, dan berdaya saing global.
Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa masa depan pangan tidak sekadar soal produksi, tetapi bagaimana produksi itu dikelola, dipasarkan, dan memberi manfaat nyata kepada masyarakat luas.










