Warisan Johannes Gutenberg Peran Mesin Cetak dalam Mengembangkan Media Informasi Sebelum Era Digital

Sejarah mencatat bahwa Gutenberg (1400-1468) mengembangkan mesin cetak dengan huruf lepas
BERITA ADIKARA – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital , dunia jurnalistik kembali merenungkan akar sejarahnya. Johann Gutenberg, penemu mesin cetak pada abad ke-15, memungkinkan penyebaran pengetahuan dan informasi secara massal, Hari ini, di era saat ini di mana berita beredar melalui platform online.
Warisan Gutenberg tetap relevan sebagai fondasi transformasi jurnalistik modern. Namun, tantangan baru seperti misi disinformasi dan pergeseran peran jurnalis menuntut adaptasi yang lebih cepat.
Sejarah mencatat bahwa Gutenberg (1400-1468) mengembangkan mesin cetak dengan huruf lepas (movable type) yang memungkinkan produksi buku dan dokumen secara efisien.
Proses ini, yang terinspirasi dari teknik cetak blok di Cina dan Korea pada abad sebelumnya, merevolusi Eropa dengan memproduksi Alkitab Gutenberg pada 1455.
Dampaknya luar biasa: dari memicu Renaissance dan Reformasi hingga membuka jalan bagi jurnalisme awal melalui penyebaran pamflet dan surat kabar.
“Penemuan Gutenberg adalah tonggak yang membuat informasi tak lagi eksklusif bagi elite, melainkan milik massa,” kata sejarawan media Dr. Kuskridho Ambardi dari Universitas Gadjah Mada.
Di era kini, pengaruh Gutenberg terlihat dalam evolusi jurnalistik digital. Menurut laporan Reuters Institute for the Study of Journalism, pada 2025, penerbit media semakin bergantung pada Digital untuk produksi konten, dengan 41% pemimpin redaksi optimis terhadap prospek jurnalisme, meski khawatir atas penurunan lalu lintas dari media sosial.
Tren ini mencakup “creator-fication” berita, di mana influencer dan kreator konten mengambil alih peran tradisional jurnalis, mirip bagaimana mesin cetak Gutenberg mendemokratisasi akses informasi.
“Kita sedang menyaksikan ‘Gutenberg Parenthesis’ era cetak yang kini bergeser ke digital, di mana platform sosial menjadi ‘mesin cetak’ baru.
Refleksi ini datang di saat tepat, contoh ketika pemilu global menunjukkan bagaimana kandidat beralih ke podcaster dan influencer, melewati media di televisi dan internet youtube.